Kamis, 29 Januari 2015

BIOGRAFI BUYA AHMAD KHATIB DATUAK TUMANGGUANG Pendiri Madrasah Tarbiyah Islamiah Di Nagari Kayutanam



PROPOSAL
BIOGRAFI BUYA AHMAD KHATIB
DATUAK TUMANGGUANG
Pendiri Madrasah Tarbiyah Islamiah Di Nagari Kayutanam












JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2011

 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Keberhasilan Islam dalam menembus dan mempengaruhi kehidupan masyarakat menjadikan dirinya sebagai agama yang besar dan utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, hal tersebut merupakan proses yang luar biasa.[1] Kemudian pengembangan dan penyiaran agama Islam itu paling dinamis dan cepat jika dibandingkan dengan agama-agama lainnya.[2] Pengembangan penyebaran agama Islam ke Indonesia yang begitu cepat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah karena peraturan-peraturan agama Islam tidak terlalu berat bagi umatnya untuk menjalankan, untuk menjadi penganut Islam cukup hanya dngan mengucapkan dua kalimat syahadat saja, walaupun demikian berkembangnya agama Islam tidak terlepas dari usaha sungguh-sungguh dan terus menerus dari kaum ulama. Ulama merupakan salah satu panutan umat Islam memegang peranan penting dalam menyiarkan agama.
Kehadiran ulama dalam menyampaikan ajaran Islam sangat diperlukan karena merekalah yang memahami dan menghayati secara mendalam ajaran agama tersebut. Umumnya umat Islam menyadari bahwa keberhasilan Islam dalam menjadikan dirinya sebagai agama yang besar di Indonesia dewasa ini adalah atas para ulama, tanpa usaha ulama agama Islam tidak akan berkembang dengan baik.
Hal ini dapat terlihat,bahwa dalam perkembangan pendidikan di Indonesia dewasa ini pada umumnya masyarakat berkeinginan memasukkan anaknya ke sekolah menengah dengan tujuan agar bisa melanjutkan ke perguruan tinggi dan atau mempersiapkan sianak ke dunia kerja.Akan tetapi pada saat itu masyarakat Kayutanam lebih cenderung memasukkan anaknya ke sekolah agama,karena sekolah itu memberikan pelajaran agama disamping pelajaran umum. MadrasahTarbiyah islamiyah Kayutanam lebih mengutamakan pelajaran agama dengan tidak mengesampingkan pelajaran umum. Buya Ahmad Khatib Datuak Tumangguang merupakan tokoh pendiri Madrasah Tarbiyah Islamiyah tersebut.
  Madrasah Tarbiyah Islamiyah Kayutanam sebagai lembaga pendidikan islam di Sumatera Barat masih bersifat pesantren tradisional yaitu pesantren yang masih mempertahankan system pengajaran tradisional,dengan materi pelajaran kitab-kitab klasik yang sering disebut kitab kuning.
Buya Ahmad Khatib Datuak Tumangguang memakai paham Tarekat Satariah yang berafiliasi pada Syekh Burhanuddin di Ulakan. Berangkat dari hal diatas, penulis tertarik untuk meneliti perjuangan Buya Ahmad Khatib Datuak Tumangguang  dalam upayanya menerapkan ide-ide dari pada memperhatikan praktek ajaran Islam dengan cara lama dalam kehidupan masyarakat Islam di nagari Kayu Tanam.Sebagai seorang ulama,ia mempunyai pengaruh tidak hanya dalam masalah agama saja tetapi juga merambah ke bidang lain.

Peran yang dimainkan oleh Ahmad Khatib Datuak Tumangguang akan menggambarkan bagaimana peran yang dimainkan oleh seorang tokoh ulama dari kelompok tradisi dalam upayannya mempertahankan ide dan cita-cita dari kelompok tersebut, untuk melihat peran yang dimainkan oleh seorang ulama ditengah-tengah masyarakt Islam, wajar bila dilakukan penelitian terhadap seorang ulama. Disamping Ahmad Khatib Datuak Tumangguang, masih banyak ulama lain yang mengembangkan ajaran Islam di Nagari Kayu Tanam, tetapi tidak semuanya yang dikagumi dan diikuti oleh masyarakat Kayu Tanam, namun Ahmad Khatib Datuak Tumangguang dapat bertahan dalam menanamkan pengaruhnya dalam pengembangan pendidikan Islam di Nagari Kayu Tanam.
Sebagai seorang yang cukup berpengaruh perlu kiranya ditulis riwayat hidupnya, karena menulis riwayat hidup seorang tokoh dapat diketahui perjalanan hidup dan perjuangannya. Dan tidak salah jika riwayat hidup Ahmad Khatib Datuak Tumangguang juga ditulis dalam sebuah karya ilmiah, hal ini dilakukan supaya ide dan strategi yang dilakukan oleh Ahmad Khatib Datuak Tumangguang dalam mengajak umat ke dalam kehidupan yang benar dan tidak hilang.
Dalam hal ini penulis membahas Biografi Ahmad Khatib Datuak Tumangguang sebagai Tokoh Pendidikan Islam di Nagari Kayutanam. Penulisan ini dimaksudkan untuk mengenal lebih dalam siapa tokoh ini, sebab dari penulisan biografi ini banyak manfaat yang dapat diambil, Allen nevis, seorang sejarawan penulis biografi menyatakan bahwa biografi adalah alat yang dapat memudahkan orang untuk mempelajari sejarah.[3] Pendapat ini juga senada dengan apa yang pernah diungkapkan oleh  sejarawan Indonesia Taufik Abdullah, bahwa membaca biografi dapat mendekatkan kita pada gerak sejarah yang sesungguhnya dan membuat kita lebih mengerti tentang perkumpulan Indonesia dengan zamannya yang di tuntut oleh pandangan hidup maupun harapan-harapan masyarakatnya. [4]
Dengan  demikian sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ir. Soekarno tentang “Jas Merah”,  yaitu jangan sekali-kali meninggalkan sejarah, dapat diwujudkan. Karena baik atau buruknya sejarah itu, pasti ada gunanya untuk masa yang akan datang.[5]
 Penelitian mengenai biografi sebenarnya telah banyak dilakukan dalam bentuk karya ilmiah dalam bentuk skripsi,seperti biografi tokoh spiritual, tokoh nasional, tokoh internasional, pengusaha, dan lain-lain. Berkaitan dengan Ahmad Khatib Datuak Tumangguan, belum ada karya tulis yang berusaha mengungkapnya.
 Ahmad Khatib Datuak Tumangguang merupakan seorang tokoh pendiri Madrasah Tarbiyah Islamiyah di nagari Kayutanam.Ia    pada sekitar tahun 1950-an, berhasilmendirikan Madrasah Tarbiyah Islamiyah.  Dalam pengembangan ajaran agama islam, ia mendirikan pengajian disurau dengan sistem khalaqah yang muridnya berasal dari nagari-nagari yang berada disekitar Kayutanam bahkan sampai ke Aceh. Disamping sebagai ulama, beliau juga dikenal sebagai salah satu guru pencak silat yang disegani dalam nagari Kayutanam dan sekitarnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang kehidupan Ahmad Khatib Datuak Tumangguang. Maka dari itu penulis mengangkat permasalahan ini menjadi sebuah karya ilmiah dengan judul : Biografi Ahmad Khatib Datuak Tumangguang : Pendiri Madrasah Tarbiyah Islamiyah di Nagari Kayutanam.
B.     Batasan Dan Rumusan Masalah
Topik yang diangkat dalam skripsi ini adalah Biografi Ahmad Khatib Datuak Tumangguang Tokoh Pendidikan Islam di Nagari Kayutanam. Untuk lebih memperjelas arah dan tujuan penulisan ini, maka perlu dibuat batasan masalah penelitian. Batasan temporal dari tahun 1918-1983, tahun 1918 merupakan hari kelahirannya, dan tahun 1983 dia meninggal atau merupakan akhir dari perjuangannya. Sedangkan batasan spatial adalah Nagari Kayutanam Kecamatan 2X11 Kayutanam Kabupaten Padang Pariaman.
Berdasarkan uraian yang penulis sajikan diatas banyak hal yang bisa diteliti Ahmad Khatib Datuak Tumangguang, untuk lebih terfokus penelitian ini,maka permasalahan penelitian di rumuskan sebagai berikut:
1.      Bagaimana latar belakang berdirinya dan perkembangan Madrasah Tarbiyah Islamiyah di nagari Kayutanam?


C.    TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan diatas,maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kehidupan seorang ulama Nagari Kayutanam. Sedangkan secara khusus bertujuan untuk:
1.    Mendeskripsikan latar belakang berdiri dan perkembangan Madrasah Tarbiyah Islamiyah di Nagari Kayutanam?
Tulisan ini diharapkan bermanfaat untuk mengetahui perjalanan hidup Ahmad Khatib Datuak Tumangguang serta dapat melihat gambaran situasi dan kondisi di zamannya dan yang lebih penting supaya mengetahui usaha atau perjuangan yang dilakukan Ahmad Khatib Datuak Tumangguang dalam mempertahankan islam di Nagari Kayutanam

D.TINJAUAN PUSTAKA
Penulisan biografi merupakan bagian dari penulisan sejarah yang sudah lama dikenal orang,namun tetap menarik dan banyak dibutuhkan. Dengan menulis biografi dapat diketahui kehidupan seseorang,terutama tokoh-tokoh yang dianggap berjasa. Suatu studi biografi, berusah mengungkapkan aktifitas individu secara luas dan lengkap dalam konteks historis. Dari sebuah penulisan biografi baik tentang tinka laku politik maupun pemikiran dan perjuangan seseorang, tidak saja akan diketahui tentang riwayat hidupnya, tetapi juga tergambar situasi dan kondisi masyarakat yang mengelilinginya sewaktu si tokoh itu hidup[6].
Tokoh dalam penelitian ini adalah seorang ulama,orang yang mempunyai status atau posisi dalam konteks sosial yang diakui, yang memberikan seperangkat hak dan kewajiban bagi si pemegangnya. Perangkat hak dan kewajiban membentuk peranan yang diharapkan akan dilaksanakan oleh pemegang peranan tersebut[7].
Menulis biografi seorang ulama berarti memaparkan perjalanan hidup seseorang sesuai dengan tugas dan fungsinya di tengah masyarakat. Seorang ulama merupakan orang yang memiliki ilmu pengetahuan tentang agama, dengan ilmu pengetahuan itu dipergunakan sebagai rasa takut kepada Tuhan[8].
Jadi seorang ulama mutlak dibekali dengan ilmu pengetahuan tentang agama dan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya tersebut didalam kehidupan bermasyarakat. Ciri khas seorang ulama adalah ilmu pengetahuan yang dimilikinya itu diajarkan dalam ranga khasah (adanya rasa takut kepada Allah)
Penulisan biografi seorang ulama berarti memaparkan perjalanan hidup seorang ulama sesuai dengan tugas dan fungsinya di tengah masyarakat. Agar penulisan ini dapat dipahami perlu diketahui tentang pengertian ulama
Ulama adalah hamba Allah yang berilmu dan dengan ilmunya itu dia berhak mewarisi serta berkewajiban melanjutkan perjuangan nabi dan rasul Allah dalam memelihara amanat Allah dan amanat umat,dengan bertaqwa kepada Allah dan penuh semangat  pengabdian dan kebahagiaan umat manusia lahir  bathin dunia dan akhirat.[9]
Sebutan seorang ulama diberbagai daerah tidak sama,misalnya di Aceh disebut Teungku, di Jawa Barat disebut Ajeng, di Jawa Tengah disebut Kiyai, di Banjar (Kalimantan Selatan), Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara disebut Tuan Guru, dan di Sumatera Barat disebut Tuanku atau Buya[10]. Karena penelitian ini dilakukan di Sumatera Barat, maka dari sekian banyak istilah mengenai ulama, yang dipakai dalam penulisan ini adalah istilah Buya.
Untuk memahami secara mendalam kehidupan seorang ulama dengan segala persoalannya, diperlukan suatu pendekatan. Hal ini dimaksudkan agar pemahaman yang diharapkan tidak hanya pemahaman tentang apa yang dilihat,melainkan juga terhadap segala sesuatu yang mengitari serta mempengaruhi kehidupan ulama tersebut.
Manusia dilahirkan tidak ada yang persis sama dan akan semakin kelihatan perbedaan seiring dengan pertambahan usia. Faktor yang mempengaruhi keidupan seorang individu adalah faktor biologis dan faktor lingkungan. Buya Ahmad Khatib Datuak Tumangguang juga dipengaruhi oleh kedua faktor diatas. Namun faktor lingkungan lebih dominan mempengaruhi pribadinya.
Hal ini terlihat dari cara bergaulnya, setiap individu senantiasa berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya dalam memainkan perannya di tengah masyarakat.[11]
Untuk melihat seberapa jauh lingkungan dapat mempengaruhi kepribadian seseorang, Charley Cooley mengemukakan teorinya yang terkenal dengan teori saling ketergantungan, yaitu:
Hubungan individu dengan masyarakat bukanlah warisan biologis manusia (yang mencakup ras dan bentuk) atau responden lainnya yang tidak dipelajari,melainkan perkembangan individu sebagai manusia dengan suatu kepribadian tertentu merupakan hasil sosial yang ditranmisikan melalui komunikasi sosial[12].

Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap perkembangan kepribadian di luar lingkungan keluarga,karena lingkungan masyarakat mempunyai sarana yang bervariasidan berguna untuk perkembangan kemampuan pribadi. Tingkat keberhasilan seseorang dalam karir dan perjalanan hidupnya sangat ditentukan oleh penerimaan masyarakat atas peran yang dimainkannya dalam masyarakat. Kurangnya dukungan atas sesuatu peran yang dimainkan itu akan mengakibatkan kurang pentingnya identitas peran tersebut[13].
Kemampuan seorang ulama dalam mengoreksi segala perbuatan dan tingkah lakunya serta melakukan penilaian terhadap orang lain, akan menunjang keberhasilannya dalam memimpin masyarakat.
Berbicara mengenai biografi ulama, berarti membicarakan seorang pemimpin agama dalam suatu daerah. Dalam suatu daerah tidak setiap orang menjadi pemimpin. Disini pemimpin adalah minoritas diantara mayoritas yang disebut masyarakat. Dalam keadaan tertentu,pemimpin yang merupakan minoritas ini adalah tidak selalu didukung dan diterima oleh seluruh mayoritas.
Pengertian pemimpin telah banyak dikemukakan oleh para ahli.Salah satunya adalah menurut Kartini Kartono mengemukakan bahwa, kepemimpinan harus dikaitkan dengan kekuasaan, kewibawaan, dan kemampuan[14]. Jadi seorang pemimpin harus memiliki kelebihan dibandingkan dengan anggota-anggota lainnyadan dengan kelebihan itu dia berwibawa dan dipatuhi. Kelebihan-kelebihan dimaksud diantaranya adalah dalam segi watak, keputusan, kebijaksanaan, keberanian.
Bila Kartini Kartono melihat kepemimpinan berkaitan dengan kekuasaan, kewibawaan, dan kemampuan, maka Asrid S.Susanto mengemukakan bahwa pemimpin adalah seorang yang dinilai dan diakui oleh masyarakat yang dipimpinnya, dapat merumuskan perasaan, pikiran, kecemasan, dan harapannya[15].Disinilah letak kunci keberhasilan dari seorang pemimpin dimana dia harus sanggup membawa pesan bukan hanya dipahami tetapi dihayati sehingga akan menghasilkan partisipasi dari masyarakat.
Sementara itu menurut Soejono Soekanto kepemimpinan adalah kemampuan dari seseorang untuk mempengaruhi orang lain,sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut.[16]
Dengan mencoba menelusuri konsep kepemimpinan seperti diatas tampak bahwa unsur kepemimpinan itu berhubungan dengan kekuasaan, kewibawaan, kemampuan, pikiran, perasaan dan harapan. Unsur kepemimpinan lainnya yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah unsur popularitas dan pengikut, yang menentukan sukses atau tidaknya seorang pemimpin tergantung kepada unsure yang dimilikinya.
Mencari pemimpin ditengah masyarakat tidaklah sebuah proses yang mudah, ibarat pada sebuah kapal, mencari seorang nahkoda tidaklah bias dilakukan dengan mencomot begitu sajadari salah seorang penumpang yang begitu banyaknya lalu disuruh berdiri dibelakang kemudi. Bagaimana kalau yang dicomot itu adalah seseorang yang belum pernah mengemudi kapal,bahkan sama sekali tidak pernah mengenal apa itu kapal dan prinsip-prinsip dasar bagaimanakah sebuah kapal bisa mengapung dan berlayar mengarungi lautan[17].     


D.    Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah, yang bersifat deskriptif analitis. Sesuai dengan prosedur penelitian sejarah, maka studi ini dilakukan dengan beberapa tahap.
Pertama, heuristik yaitu menjajaki dan menumpulkan data tentang ahmad khatib datuak tumangguang baik bersifat primer maupun bersifat sekunder. Dalam memperole data primer dilakukan wawan cara dengan sumber yang dianggap mampu menjelaskan hal-hal yang berhubungan dangan ahmad khatib datuak tumangguang yaitu keluarga dekat nya (anak, cucu, istri, kemenakan), penghulu atau tokoh masyarakat dan orang-orang yang mengetahui tentang ahmad khatib datuak tumangguan. Wawancara dilakukan dengan dua cara yaitu wawan cara berstruktur yakni mempersiapkan pertanyaan sesuai dengan masalah-masalah penelitian.
Kemudian wawancara tidak berstruktur yaitu pertanyaan yang tidak dipersiapkan lebi dahulu, hal ini dilakukan untuk melengkapi data yang diperlukan. Disamping itu untuk melengkapi data tentan ahmad Khatib Datuak Tumangguang ini digunakan studi kepustakaan guna mendapatkan buku yang relevan sebagai bahan rujukan. Studi kepustakaan ini dilakukan pada perpustakaan Universitas Negeri Padang, Ruang Baca FIS, Labor Jurusan Sejarah, dan Pustaka Daerah Sumatera Barat.
Kedua, kritik sumber yaitu melakukan pengujian data yang ditemukan dengan melakukan kritik eksternal yaitu melakukan pengujian otensitas (keaslian). Sementara kritik internal dilakukan untuk menguji kesahihan isi informasi tentang Ahmad Khatib Datuak Tumangguang baik diperoleh melalui dokumen ataupun wawancara dengan cara tringulasi data yang artinya pertanyaan yang sama diajukan kepada orang yang berbeda.
Ketiga, analisis, sintesis, dan interpretasi data yaitu data-data Ahmad Khatib Datuak Tumangguang yang diperoleh dilapangan baik studi kepustakaan maupun wawancara dianalisa dan dirangkaikan berdasarkan sebab akibat serta dikelompokkan sesuai dengan pengelompokan yang telah ditentukan.
Keempat, yaitu pengujian hasil penelitian dalam bentuk tulisan ilmiah atau skripsi.


DAFTAR PUSTAKA
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintas Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Zaman, Jakarta: Raja Grafinda Perseda, 1996, hal 1
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam; Jakarta: Dunia Aksara, 1992, hal.127
R.Z. Leiressa, Biografi: Termuat dalam Penulisan Biografi dan Kesejarahan Suatu Prasaran dalam Berbagai Lokakarya, Jakarta: PIDSN, 1983, hal.34
Taufik Abdullah, School and Politic, The Kaum Muda Movement in West Sumatera (ter), Lindayanti, Padang, Fakultas Sastra Universitas  Andalas, 1998, hal.83
Roso, Daras, Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah, Jakarta: Gramedia Widya Sarana, 2001, hal 1
Yul Ardi, Buya H.Mansur, Dt.Nagari Basa. Sumbangannya terhadap pendidikan islam di sumatera barat 1930-1994, padang: IKIP 1995, hal.9.
Ensiklopedi Islam,Jilid 5,Iktiar Baru Van Hocve,1954,hal 120.
Zahiri Hamid,Peranan Ulama Indonesia Dewasa Ini,Yogyakarta:Bina Usaha,1984,hal.6.
Ensiklopedi Islam,Op,Cit,hal.121.
M.Galim Purwoto,Psikologi Pendidikan,Jakarta:Remaja Roda Karya,1990,hal.30.
Paul Dooley Jonson, Teori Sosiologi: Klasik dan Modern, Terjemahan Robert M.Z.Lawang, Jakarta: Gramedia, 1990,hal.30.
Ibid,hal.16.
Yul Ardi,op.cit,hal.13.
Kartini Kartono,Pemimpin dan Kepemimpinan:Apakah Pemimpin Abnormal Itu?, Jakarta: Rajawali, 1983,hal.28.
Astrid S.Susanto,Komunikasi Dalam Teori dan Praktek I:Jakarta:Bina Cipta,1977,hal.104.
Sudjono Sukanto,Sosiologi Suatu Pengantar,Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,1982,hal.258.
Hasril Chaniago,Brigadir Jenderal Polisi Kaharoeddin Dt.Rangkayo Basa:Gubernur Ditengah Pergolakan,Jakarta:Pustaka Sinar Harapan,1988,hal.44.



[1] Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintas Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Zaman, Jakarta: Raja Grafinda Perseda, 1996, hal 1
[2] Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam; Jakarta: Dunia Aksara, 1992, hal.127
[3] R.Z. Leiressa, Biografi: Termuat dalam Penulisan Biografi dan Kesejarahan Suatu Prasaran dalam Berbagai Lokakarya, Jakarta: PIDSN, 1983, hal.34
[4] Taufik Abdullah, School and Politic, The Kaum Muda Movement in West Sumatera (ter), Lindayanti, Padang, Fakultas Sastra Universitas  Andalas, 1998, hal.83
[5] Roso, Daras, Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah, Jakarta: Gramedia Widya Sarana, 2001, hal 1
[6] Yul Ardi, Buya H.Mansur, Dt.Nagari Basa. Sumbangannya terhadap pendidikan islam di sumatera barat 1930-1994, padang: IKIP 1995, hal.9.
[7] Ensiklopedi Islam,Jilid 5,Iktiar Baru Van Hocve,1954,hal 120.
[8] Zahiri Hamid,Peranan Ulama Indonesia Dewasa Ini,Yogyakarta:Bina Usaha,1984,hal.6.
[9] Ensiklopedi Islam,Op,Cit,hal.121.
[10] M.Galim Purwoto,Psikologi Pendidikan,Jakarta:Remaja Roda Karya,1990,hal.30.
[11] Paul Dooley Jonson, Teori Sosiologi: Klasik dan Modern, Terjemahan Robert M.Z.Lawang, Jakarta: Gramedia, 1990,hal.30.
[12] Ibid,hal.16.
[13] Yul Ardi,op.cit,hal.13.
[14] Kartini Kartono,Pemimpin dan Kepemimpinan:Apakah Pemimpin Abnormal Itu?, Jakarta: Rajawali, 1983,hal.28.
[15] Astrid S.Susanto,Komunikasi Dalam Teori dan Praktek I:Jakarta:Bina Cipta,1977,hal.104.
[16] Sudjono Sukanto,Sosiologi Suatu Pengantar,Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,1982,hal.258.
[17] Hasril Chaniago,Brigadir Jenderal Polisi Kaharoeddin Dt.Rangkayo Basa:Gubernur Ditengah Pergolakan,Jakarta:Pustaka Sinar Harapan,1988,hal.44.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar