PROPOSAL
BIOGRAFI BUYA AHMAD KHATIB
DATUAK TUMANGGUANG
Pendiri
Madrasah Tarbiyah Islamiah Di Nagari Kayutanam
JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS
ILMU-ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Keberhasilan Islam dalam menembus
dan mempengaruhi kehidupan masyarakat menjadikan dirinya sebagai agama yang
besar dan utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, hal tersebut merupakan
proses yang luar biasa.[1]
Kemudian pengembangan dan penyiaran agama Islam itu paling dinamis dan cepat
jika dibandingkan dengan agama-agama lainnya.[2]
Pengembangan penyebaran agama Islam ke Indonesia yang begitu cepat disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain adalah karena peraturan-peraturan agama Islam
tidak terlalu berat bagi umatnya untuk menjalankan, untuk menjadi penganut
Islam cukup hanya dngan mengucapkan dua kalimat syahadat saja, walaupun
demikian berkembangnya agama Islam tidak terlepas dari usaha sungguh-sungguh
dan terus menerus dari kaum ulama. Ulama merupakan salah satu panutan umat
Islam memegang peranan penting dalam menyiarkan agama.
Kehadiran ulama dalam menyampaikan
ajaran Islam sangat diperlukan karena merekalah yang memahami dan menghayati
secara mendalam ajaran agama tersebut. Umumnya umat Islam menyadari bahwa
keberhasilan Islam dalam menjadikan dirinya sebagai agama yang besar di
Indonesia dewasa ini adalah atas para ulama, tanpa usaha ulama agama Islam
tidak akan berkembang dengan baik.
Hal ini dapat terlihat,bahwa dalam
perkembangan pendidikan di Indonesia dewasa ini pada umumnya masyarakat
berkeinginan memasukkan anaknya ke sekolah menengah dengan tujuan agar bisa
melanjutkan ke perguruan tinggi dan atau mempersiapkan sianak ke dunia
kerja.Akan tetapi pada saat itu masyarakat Kayutanam lebih cenderung memasukkan
anaknya ke sekolah agama,karena sekolah itu memberikan pelajaran agama
disamping pelajaran umum. MadrasahTarbiyah islamiyah Kayutanam lebih
mengutamakan pelajaran agama dengan tidak mengesampingkan pelajaran umum. Buya
Ahmad Khatib Datuak Tumangguang merupakan tokoh pendiri Madrasah Tarbiyah
Islamiyah tersebut.
Madrasah Tarbiyah Islamiyah Kayutanam sebagai lembaga pendidikan islam
di Sumatera Barat masih bersifat pesantren tradisional yaitu pesantren yang
masih mempertahankan system pengajaran tradisional,dengan materi pelajaran
kitab-kitab klasik yang sering disebut kitab kuning.
Buya Ahmad Khatib Datuak
Tumangguang memakai paham Tarekat Satariah yang berafiliasi pada Syekh
Burhanuddin di Ulakan. Berangkat dari hal diatas, penulis tertarik untuk
meneliti perjuangan Buya Ahmad Khatib Datuak Tumangguang dalam upayanya menerapkan ide-ide dari pada
memperhatikan praktek ajaran Islam dengan cara lama dalam kehidupan masyarakat
Islam di nagari Kayu Tanam.Sebagai seorang ulama,ia mempunyai pengaruh tidak
hanya dalam masalah agama saja tetapi juga merambah ke bidang lain.
Peran yang dimainkan oleh Ahmad
Khatib Datuak Tumangguang akan menggambarkan bagaimana peran yang dimainkan
oleh seorang tokoh ulama dari kelompok tradisi dalam upayannya mempertahankan
ide dan cita-cita dari kelompok tersebut, untuk melihat peran yang dimainkan
oleh seorang ulama ditengah-tengah masyarakt Islam, wajar bila dilakukan
penelitian terhadap seorang ulama. Disamping Ahmad Khatib Datuak Tumangguang,
masih banyak ulama lain yang mengembangkan ajaran Islam di Nagari Kayu Tanam,
tetapi tidak semuanya yang dikagumi dan diikuti oleh masyarakat Kayu Tanam,
namun Ahmad Khatib Datuak Tumangguang dapat bertahan dalam menanamkan
pengaruhnya dalam pengembangan pendidikan Islam di Nagari Kayu Tanam.
Sebagai seorang yang cukup
berpengaruh perlu kiranya ditulis riwayat hidupnya, karena menulis riwayat
hidup seorang tokoh dapat diketahui perjalanan hidup dan perjuangannya. Dan
tidak salah jika riwayat hidup Ahmad Khatib Datuak Tumangguang juga ditulis
dalam sebuah karya ilmiah, hal ini dilakukan supaya ide dan strategi yang
dilakukan oleh Ahmad Khatib Datuak Tumangguang dalam mengajak umat ke dalam
kehidupan yang benar dan tidak hilang.
Dalam hal ini penulis membahas Biografi
Ahmad Khatib Datuak Tumangguang sebagai Tokoh Pendidikan Islam di Nagari Kayutanam.
Penulisan ini dimaksudkan untuk mengenal lebih dalam siapa tokoh ini, sebab
dari penulisan biografi ini banyak manfaat yang dapat diambil, Allen nevis,
seorang sejarawan penulis biografi menyatakan bahwa biografi adalah alat yang
dapat memudahkan orang untuk mempelajari sejarah.[3]
Pendapat ini juga senada dengan apa yang pernah diungkapkan oleh sejarawan Indonesia Taufik Abdullah, bahwa
membaca biografi dapat mendekatkan kita pada gerak sejarah yang sesungguhnya
dan membuat kita lebih mengerti tentang perkumpulan Indonesia dengan zamannya
yang di tuntut oleh pandangan hidup maupun harapan-harapan masyarakatnya. [4]
Dengan demikian sesuai dengan apa yang dikatakan
oleh Ir. Soekarno tentang “Jas Merah”,
yaitu jangan sekali-kali meninggalkan sejarah, dapat diwujudkan. Karena
baik atau buruknya sejarah itu, pasti ada gunanya untuk masa yang akan datang.[5]
Penelitian mengenai biografi sebenarnya telah
banyak dilakukan dalam bentuk karya ilmiah dalam bentuk skripsi,seperti
biografi tokoh spiritual, tokoh nasional, tokoh internasional, pengusaha, dan
lain-lain. Berkaitan dengan Ahmad Khatib Datuak Tumangguan, belum ada karya
tulis yang berusaha mengungkapnya.
Ahmad Khatib Datuak Tumangguang merupakan
seorang tokoh pendiri Madrasah Tarbiyah Islamiyah di nagari Kayutanam.Ia pada sekitar tahun 1950-an, berhasilmendirikan
Madrasah Tarbiyah Islamiyah. Dalam
pengembangan ajaran agama islam, ia mendirikan pengajian disurau dengan sistem
khalaqah yang muridnya berasal dari nagari-nagari yang berada disekitar
Kayutanam bahkan sampai ke Aceh. Disamping sebagai ulama, beliau juga dikenal
sebagai salah satu guru pencak silat yang disegani dalam nagari Kayutanam dan
sekitarnya.
Berdasarkan
latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih
jauh tentang kehidupan Ahmad Khatib Datuak Tumangguang. Maka dari itu penulis
mengangkat permasalahan ini menjadi sebuah karya ilmiah dengan judul : Biografi
Ahmad Khatib Datuak Tumangguang : Pendiri Madrasah Tarbiyah Islamiyah di Nagari
Kayutanam.
B.
Batasan
Dan Rumusan Masalah
Topik
yang diangkat dalam skripsi ini adalah Biografi Ahmad Khatib Datuak Tumangguang
Tokoh Pendidikan Islam di Nagari Kayutanam. Untuk lebih memperjelas arah dan
tujuan penulisan ini, maka perlu dibuat batasan masalah penelitian. Batasan
temporal dari tahun 1918-1983, tahun 1918 merupakan hari kelahirannya, dan
tahun 1983 dia meninggal atau merupakan akhir dari perjuangannya. Sedangkan
batasan spatial adalah Nagari Kayutanam Kecamatan 2X11 Kayutanam Kabupaten
Padang Pariaman.
Berdasarkan
uraian yang penulis sajikan diatas banyak hal yang bisa diteliti Ahmad Khatib
Datuak Tumangguang, untuk lebih terfokus penelitian ini,maka permasalahan
penelitian di rumuskan sebagai berikut:
1.
Bagaimana latar belakang berdirinya dan
perkembangan Madrasah Tarbiyah Islamiyah di nagari Kayutanam?
C.
TUJUAN
DAN MANFAAT PENELITIAN
Sesuai
dengan permasalahan yang telah dirumuskan diatas,maka secara umum penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan kehidupan seorang ulama Nagari Kayutanam. Sedangkan
secara khusus bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan
latar belakang berdiri dan perkembangan Madrasah Tarbiyah Islamiyah di Nagari
Kayutanam?
Tulisan
ini diharapkan bermanfaat untuk mengetahui perjalanan hidup Ahmad Khatib Datuak
Tumangguang serta dapat melihat gambaran situasi dan kondisi di zamannya dan
yang lebih penting supaya mengetahui usaha atau perjuangan yang dilakukan Ahmad
Khatib Datuak Tumangguang dalam mempertahankan islam di Nagari Kayutanam
D.TINJAUAN
PUSTAKA
Penulisan
biografi merupakan bagian dari penulisan sejarah yang sudah lama dikenal
orang,namun tetap menarik dan banyak dibutuhkan. Dengan menulis biografi dapat
diketahui kehidupan seseorang,terutama tokoh-tokoh yang dianggap berjasa. Suatu
studi biografi, berusah mengungkapkan aktifitas individu secara luas dan
lengkap dalam konteks historis. Dari sebuah penulisan biografi baik tentang
tinka laku politik maupun pemikiran dan perjuangan seseorang, tidak saja akan
diketahui tentang riwayat hidupnya, tetapi juga tergambar situasi dan kondisi
masyarakat yang mengelilinginya sewaktu si tokoh itu hidup[6].
Tokoh
dalam penelitian ini adalah seorang ulama,orang yang mempunyai status atau
posisi dalam konteks sosial yang diakui, yang memberikan seperangkat hak dan
kewajiban bagi si pemegangnya. Perangkat hak dan kewajiban membentuk peranan
yang diharapkan akan dilaksanakan oleh pemegang peranan tersebut[7].
Menulis
biografi seorang ulama berarti memaparkan perjalanan hidup seseorang sesuai dengan
tugas dan fungsinya di tengah masyarakat. Seorang ulama merupakan orang yang
memiliki ilmu pengetahuan tentang agama, dengan ilmu pengetahuan itu
dipergunakan sebagai rasa takut kepada Tuhan[8].
Jadi
seorang ulama mutlak dibekali dengan ilmu pengetahuan tentang agama dan
menerapkan pengetahuan yang dimilikinya tersebut didalam kehidupan
bermasyarakat. Ciri khas seorang ulama adalah ilmu pengetahuan yang dimilikinya
itu diajarkan dalam ranga khasah (adanya rasa takut kepada Allah)
Penulisan
biografi seorang ulama berarti memaparkan perjalanan hidup seorang ulama sesuai
dengan tugas dan fungsinya di tengah masyarakat. Agar penulisan ini dapat
dipahami perlu diketahui tentang pengertian ulama
Ulama
adalah hamba Allah yang berilmu dan dengan ilmunya itu dia berhak mewarisi
serta berkewajiban melanjutkan perjuangan nabi dan rasul Allah dalam memelihara
amanat Allah dan amanat umat,dengan bertaqwa kepada Allah dan penuh
semangat pengabdian dan kebahagiaan umat
manusia lahir bathin dunia dan akhirat.[9]
Sebutan
seorang ulama diberbagai daerah tidak sama,misalnya di Aceh disebut Teungku, di
Jawa Barat disebut Ajeng, di Jawa Tengah disebut Kiyai, di Banjar (Kalimantan
Selatan), Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara disebut Tuan Guru, dan di
Sumatera Barat disebut Tuanku atau Buya[10].
Karena penelitian ini dilakukan di Sumatera Barat, maka dari sekian banyak
istilah mengenai ulama, yang dipakai dalam penulisan ini adalah istilah Buya.
Untuk
memahami secara mendalam kehidupan seorang ulama dengan segala persoalannya,
diperlukan suatu pendekatan. Hal ini dimaksudkan agar pemahaman yang diharapkan
tidak hanya pemahaman tentang apa yang dilihat,melainkan juga terhadap segala
sesuatu yang mengitari serta mempengaruhi kehidupan ulama tersebut.
Manusia
dilahirkan tidak ada yang persis sama dan akan semakin kelihatan perbedaan
seiring dengan pertambahan usia. Faktor yang mempengaruhi keidupan seorang
individu adalah faktor biologis dan faktor lingkungan. Buya Ahmad Khatib Datuak
Tumangguang juga dipengaruhi oleh kedua faktor diatas. Namun faktor lingkungan
lebih dominan mempengaruhi pribadinya.
Hal
ini terlihat dari cara bergaulnya, setiap individu senantiasa berusaha
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dalam memainkan perannya di tengah
masyarakat.[11]
Untuk
melihat seberapa jauh lingkungan dapat mempengaruhi kepribadian seseorang,
Charley Cooley mengemukakan teorinya yang terkenal dengan teori saling
ketergantungan, yaitu:
Hubungan
individu dengan masyarakat bukanlah warisan biologis manusia (yang mencakup ras
dan bentuk) atau responden lainnya yang tidak dipelajari,melainkan perkembangan
individu sebagai manusia dengan suatu kepribadian tertentu merupakan hasil
sosial yang ditranmisikan melalui komunikasi sosial[12].
Lingkungan masyarakat merupakan
lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap perkembangan kepribadian di luar
lingkungan keluarga,karena lingkungan masyarakat mempunyai sarana yang
bervariasidan berguna untuk perkembangan kemampuan pribadi. Tingkat
keberhasilan seseorang dalam karir dan perjalanan hidupnya sangat ditentukan
oleh penerimaan masyarakat atas peran yang dimainkannya dalam masyarakat. Kurangnya
dukungan atas sesuatu peran yang dimainkan itu akan mengakibatkan kurang
pentingnya identitas peran tersebut[13].
Kemampuan
seorang ulama dalam mengoreksi segala perbuatan dan tingkah lakunya serta
melakukan penilaian terhadap orang lain, akan menunjang keberhasilannya dalam
memimpin masyarakat.
Berbicara
mengenai biografi ulama, berarti membicarakan seorang pemimpin agama dalam
suatu daerah. Dalam suatu daerah tidak setiap orang menjadi pemimpin. Disini
pemimpin adalah minoritas diantara mayoritas yang disebut masyarakat. Dalam
keadaan tertentu,pemimpin yang merupakan minoritas ini adalah tidak selalu
didukung dan diterima oleh seluruh mayoritas.
Pengertian
pemimpin telah banyak dikemukakan oleh para ahli.Salah satunya adalah menurut
Kartini Kartono mengemukakan bahwa, kepemimpinan harus dikaitkan dengan
kekuasaan, kewibawaan, dan kemampuan[14].
Jadi seorang pemimpin harus memiliki kelebihan dibandingkan dengan
anggota-anggota lainnyadan dengan kelebihan itu dia berwibawa dan dipatuhi. Kelebihan-kelebihan
dimaksud diantaranya adalah dalam segi watak, keputusan, kebijaksanaan, keberanian.
Bila
Kartini Kartono melihat kepemimpinan berkaitan dengan kekuasaan, kewibawaan, dan
kemampuan, maka Asrid S.Susanto mengemukakan bahwa pemimpin adalah seorang yang
dinilai dan diakui oleh masyarakat yang dipimpinnya, dapat merumuskan perasaan,
pikiran, kecemasan, dan harapannya[15].Disinilah
letak kunci keberhasilan dari seorang pemimpin dimana dia harus sanggup membawa
pesan bukan hanya dipahami tetapi dihayati sehingga akan menghasilkan
partisipasi dari masyarakat.
Sementara
itu menurut Soejono Soekanto kepemimpinan adalah kemampuan dari seseorang untuk
mempengaruhi orang lain,sehingga orang lain tersebut bertingkah laku
sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut.[16]
Dengan
mencoba menelusuri konsep kepemimpinan seperti diatas tampak bahwa unsur
kepemimpinan itu berhubungan dengan kekuasaan, kewibawaan, kemampuan, pikiran,
perasaan dan harapan. Unsur kepemimpinan lainnya yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin adalah unsur popularitas dan pengikut, yang menentukan sukses
atau tidaknya seorang pemimpin tergantung kepada unsure yang dimilikinya.
Mencari
pemimpin ditengah masyarakat tidaklah sebuah proses yang mudah, ibarat pada
sebuah kapal, mencari seorang nahkoda tidaklah bias dilakukan dengan mencomot
begitu sajadari salah seorang penumpang yang begitu banyaknya lalu disuruh
berdiri dibelakang kemudi. Bagaimana kalau yang dicomot itu adalah seseorang
yang belum pernah mengemudi kapal,bahkan sama sekali tidak pernah mengenal apa
itu kapal dan prinsip-prinsip dasar bagaimanakah sebuah kapal bisa mengapung
dan berlayar mengarungi lautan[17].
D.
Metode
Penelitian
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah, yang bersifat
deskriptif analitis. Sesuai dengan prosedur penelitian sejarah, maka studi ini
dilakukan dengan beberapa tahap.
Pertama,
heuristik yaitu menjajaki dan menumpulkan data tentang ahmad khatib datuak
tumangguang baik bersifat primer maupun bersifat sekunder. Dalam memperole data
primer dilakukan wawan cara dengan sumber yang dianggap mampu menjelaskan
hal-hal yang berhubungan dangan ahmad khatib datuak tumangguang yaitu keluarga
dekat nya (anak, cucu, istri, kemenakan), penghulu atau tokoh masyarakat dan
orang-orang yang mengetahui tentang ahmad khatib datuak tumangguan. Wawancara
dilakukan dengan dua cara yaitu wawan cara berstruktur yakni mempersiapkan
pertanyaan sesuai dengan masalah-masalah penelitian.
Kemudian
wawancara tidak berstruktur yaitu pertanyaan yang tidak dipersiapkan lebi
dahulu, hal ini dilakukan untuk melengkapi data yang diperlukan. Disamping itu
untuk melengkapi data tentan ahmad Khatib Datuak Tumangguang ini digunakan
studi kepustakaan guna mendapatkan buku yang relevan sebagai bahan rujukan.
Studi kepustakaan ini dilakukan pada perpustakaan Universitas Negeri Padang,
Ruang Baca FIS, Labor Jurusan Sejarah, dan Pustaka Daerah Sumatera Barat.
Kedua,
kritik sumber yaitu melakukan pengujian data yang ditemukan dengan melakukan
kritik eksternal yaitu melakukan pengujian otensitas (keaslian). Sementara
kritik internal dilakukan untuk menguji kesahihan isi informasi tentang Ahmad
Khatib Datuak Tumangguang baik diperoleh melalui dokumen ataupun wawancara dengan
cara tringulasi data yang artinya pertanyaan yang sama diajukan kepada orang
yang berbeda.
Ketiga,
analisis, sintesis, dan interpretasi data yaitu data-data Ahmad Khatib Datuak
Tumangguang yang diperoleh dilapangan baik studi kepustakaan maupun wawancara
dianalisa dan dirangkaikan berdasarkan sebab akibat serta dikelompokkan sesuai
dengan pengelompokan yang telah ditentukan.
Keempat,
yaitu pengujian hasil penelitian dalam bentuk tulisan ilmiah atau skripsi.
DAFTAR PUSTAKA
Hasbullah, Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia: Lintas Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan
Zaman, Jakarta: Raja Grafinda Perseda, 1996, hal 1
Zuhairini,
Filsafat Pendidikan Islam; Jakarta:
Dunia Aksara, 1992, hal.127
R.Z.
Leiressa, Biografi: Termuat dalam
Penulisan Biografi dan Kesejarahan Suatu Prasaran dalam Berbagai Lokakarya,
Jakarta: PIDSN, 1983, hal.34
Taufik
Abdullah, School and Politic, The Kaum
Muda Movement in West Sumatera (ter), Lindayanti, Padang, Fakultas Sastra
Universitas Andalas, 1998, hal.83
Roso,
Daras, Jangan Sekali-kali Meninggalkan
Sejarah, Jakarta: Gramedia Widya Sarana, 2001, hal 1
Yul
Ardi, Buya H.Mansur, Dt.Nagari Basa. Sumbangannya terhadap pendidikan islam di
sumatera barat 1930-1994, padang: IKIP 1995, hal.9.
Ensiklopedi
Islam,Jilid 5,Iktiar Baru Van Hocve,1954,hal 120.
Zahiri
Hamid,Peranan Ulama Indonesia Dewasa Ini,Yogyakarta:Bina Usaha,1984,hal.6.
Ensiklopedi
Islam,Op,Cit,hal.121.
M.Galim
Purwoto,Psikologi Pendidikan,Jakarta:Remaja Roda Karya,1990,hal.30.
Paul
Dooley Jonson, Teori Sosiologi: Klasik dan Modern, Terjemahan Robert
M.Z.Lawang, Jakarta: Gramedia, 1990,hal.30.
Ibid,hal.16.
Yul
Ardi,op.cit,hal.13.
Kartini
Kartono,Pemimpin dan Kepemimpinan:Apakah Pemimpin Abnormal Itu?, Jakarta:
Rajawali, 1983,hal.28.
Astrid
S.Susanto,Komunikasi Dalam Teori dan Praktek I:Jakarta:Bina Cipta,1977,hal.104.
Sudjono
Sukanto,Sosiologi Suatu Pengantar,Jakarta:PT.Raja Grafindo
Persada,1982,hal.258.
Hasril
Chaniago,Brigadir Jenderal Polisi Kaharoeddin Dt.Rangkayo Basa:Gubernur
Ditengah Pergolakan,Jakarta:Pustaka Sinar Harapan,1988,hal.44.
[1] Hasbullah,
Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia:
Lintas Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Zaman, Jakarta: Raja Grafinda
Perseda, 1996, hal 1
[3] R.Z. Leiressa, Biografi: Termuat dalam Penulisan Biografi dan
Kesejarahan Suatu Prasaran dalam Berbagai Lokakarya, Jakarta: PIDSN, 1983,
hal.34
[4] Taufik Abdullah, School and Politic, The Kaum Muda Movement
in West Sumatera (ter), Lindayanti, Padang, Fakultas Sastra
Universitas Andalas, 1998, hal.83
[5] Roso, Daras, Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah, Jakarta: Gramedia Widya
Sarana, 2001, hal 1
[6] Yul
Ardi, Buya H.Mansur, Dt.Nagari Basa. Sumbangannya terhadap pendidikan islam di
sumatera barat 1930-1994, padang: IKIP 1995, hal.9.
[7]
Ensiklopedi Islam,Jilid 5,Iktiar Baru Van Hocve,1954,hal 120.
[8] Zahiri
Hamid,Peranan Ulama Indonesia Dewasa Ini,Yogyakarta:Bina Usaha,1984,hal.6.
[9]
Ensiklopedi Islam,Op,Cit,hal.121.
[10] M.Galim
Purwoto,Psikologi Pendidikan,Jakarta:Remaja Roda Karya,1990,hal.30.
[11] Paul
Dooley Jonson, Teori Sosiologi: Klasik dan Modern, Terjemahan Robert
M.Z.Lawang, Jakarta: Gramedia, 1990,hal.30.
[12]
Ibid,hal.16.
[13] Yul
Ardi,op.cit,hal.13.
[14] Kartini
Kartono,Pemimpin dan Kepemimpinan:Apakah Pemimpin Abnormal Itu?, Jakarta: Rajawali,
1983,hal.28.
[15] Astrid
S.Susanto,Komunikasi Dalam Teori dan Praktek I:Jakarta:Bina Cipta,1977,hal.104.
[16] Sudjono
Sukanto,Sosiologi Suatu Pengantar,Jakarta:PT.Raja Grafindo
Persada,1982,hal.258.
[17] Hasril
Chaniago,Brigadir Jenderal Polisi Kaharoeddin Dt.Rangkayo Basa:Gubernur
Ditengah Pergolakan,Jakarta:Pustaka Sinar Harapan,1988,hal.44.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar