AKULTURASI
BUDAYA ISLAM LOKAL
(Studi
Perbandingan Islam di India, Afrika, Indonesia, dan Balkan)
ABSTRACT
This
paper seeks to provide a picture of how the acculturation process that takes
place between Islam and other cultures and how far the Islamic culture
influenced the local culture The focus of this paper is a cultural comparative
study between India, Africa, Indonesia and the culture of the Balkans.
ABSTRAK
Tulisan ini berupaya untuk
memberikan gambaran mengenai bagaimana proses akulturasi yang terjadi antara
Islam dan kebudayaan-kebudayaan lain dan sejauhmana kebudayaan Islam
berpengaruh terhadap kebudayaan lokal tersebut Adapun fokus tulisan ini studi
perbandingan antara adalah kebudayaan India, Afrika , Indonesia dan kebudayaan
Balkan.
A. Pendahuluan
Akulturasi
dan Asimilasi budaya merupakan sebuah keniscayaan. Tak ada satu bangsa dan
budaya pun yang terhindar dari proses tersebut. Kemajuan suatu bangsa bahkan
tergantung kepada sejauh mana ia mampu meminjam, menyerap, dan mengambil alih
berbagai unsur positif budaya lain, untuk kemudian mengintegrasikannya secara
kreatif ke dalam arus dinamika budayanya sendiri
Proses
akulturasi dan asimilasi budaya ini sangat mencolok di awal pertumbuhan
peradaban Islam (abad ke-8 sampai ke-10). Saat itu, hubungan intelektual antara
dunia Islam dan dunia sekitarnya tampak lancar, akrab, dan kukuh. Al-Qur’an
mendorong umat Islam generasi awal untuk menimba, mengambil alih dan
memanfaatkan khasanah intelektual budaya dan peradaban yang mendahuluainya.
Kebudayaan
Islam membawa pengaruh terhadap kebudayaan lain yang disinggahinya, dari masa
kemasa dari satu kawasan kekawasan lainnya, Islam smemberikan corak tersendiri
terhadap warna budaya lokal. Kekayaan Intelektual, dan hasil arsitektur budaya
tersebut melekat ketat dengan kultur Islam sehingga menghasilkan berbagai macam
karya seni yang tidak ternilai hargannya. Pranata-pranata sosial dan institusi
kelembagaan juga tidak lepas dari pengaruh Islam, bahkan tradisi, adat serta
bahasa juga sangat terpengaruh dengan kebudayaan Islam.
Islam
dengan wujud dan formasi keagamaannya tidak mungkin memisahkan diri dan menolak
budaya local dimana Islam itu singgah, meletakan binner antara Islam
dengan budaya lokal, berarti memisahkan kehendak untuk disingkirkan oleh kelompok
besar yang meyakini akan terciptanya akulturasi budaya Islam dan budaya lain. Dalam Islam nilai-nilai universal seperti keadilan,
persamaan, dan kemanusiaan mendapatkan porsi yang luas. Dalam konteks Islam di
Indonesia misalnya, Islam masa awal mampu bersimbiosis dengan budaya lokal yang
sudah barang tentu pula mengedepankan prinsip-prinsip yang sama. Titik temu ini
selanjutnya dikemas dalam format dakwah yang tidak melulu mendudukan masyarakat
lokal sebagai tertuduh dan salah, akan tetapi mereka berangkat dari kekayaan
dan pengetahuan yang dimilikinya.
Tulisan ini berupaya untuk memberikan gambaran mengenai
bagaimana proses akulturasi yang terjadi antara Islam dan kebudayaan-kebudayaan
lain dan sejauhmana kebudayaan Islam berpengaruh terhadap kebudayaan lokal
tersebut Adapun fokus tulisan ini studi perbandingan antara adalah kebudayaan
India, Afrika , Indonesia dan kebudayaan Balkan.
B. Akulturasi
Islam dengan Budaya Lokal
Islam
adalah agama yang bersifat universal dan berlaku disetiap zaman dan tempat.
Dalam penyebarannya Islam menghadapi sistem nilai yang beragam. Namun akomodasi
kultural melalui proses akulturasi dan asimilasi memperlihatkan interaksi yang
cukup intens antara agama yang bersifat universal dengan nilai, norma, serta
praktek sosial yang bersifat lokal. Islam tidak hanya mempertimbangkan tradisi
tersebut dalam proses penyebarannya, tetapi juga telah melakukan berbagai
proses pembaruan dengan pembentuk tradisi baru.
Sejarah
mencatat bahwa proses akomodasi Islam berlangsung secara berbeda-beda di tempat
yang berbeda dan ditentukan oleh cara pendekatan para penyiar Islam dalam
memperkenalkan agama ini. Bagaimana mereka memahami tradisi lokal agar strategi
Islamisasi dapat terlaksana. Hal ini kemudian sangat berhubungan dengan tiga prakondisi
yang penting, pertama, bagaimana proses masuknya Islam ke daerah tersebut,
kedua, bagaimana strategi Islamisasi itu dijalankan, dan terakhir sejauh mana
kebudayaan ini menrespon dan menyerap kebudayaan Islam. Berikut ini akan di
gambarkan studi mengenai proses akulturasi tersebut di beberapa tempat, seperti
India, Afrika, Indonesia dan Balkan.
1.
Perkembangan Kebudayaan Islam di India
a.
Masuknya Islam di India.
Awal
masuknya Islam ke India bisa di klasifikasikan menjadi dua jalur ; yaitu, jalur
formal dan jalur Informal. Secara formal proses awal Islamisasi di India
terbagi menjadi empat tahap. Tahap pertama, pada zaman Nabi Muhammad, Islam
menyebar melalui media pedagangan dan hanya sebagian kecil masyarakat India
yang mendapatkan pengaruh ajaran Islam. Tahap berikutnya, pada masa Umayyah,
Islam dibawa pasukan Islam di bawah pimpinan Muhammad bin Qasim dengan cara penetration
pacifique dan berhasil membangun pranata sosial yang
harmonis dan mulai terjalin asimilasi peradaban antara arab dengan India. Tahap
ketiga semasa dinasti Ghazni, Islam menyebar melalui penaklukan-penaklukan
terutama dipimpin oleh sultan Mahmud dengan berbagai motif. Ia melakukan tujuh
belas kali penaklukan dan semuanya berhasil dimenangkan. Tahap keempat, semasa
Dinasti Ghuri (Muhammad Ghuri), Islam mulai berkuasa secara permanen.
Selain
secara formal melalui aktivitas penaklukan dan ekspansi, Islamisasi yang
terjadi di India juga dilakukan melalui jalur informal. Ada tiga cara masuknya
Islam ke India secara Informal yaitu perdagangan, perkawinan dan peranan sufi
atau alim ulama,
Pertama,
jalur Perdagangan. Jauh sebelum Yunani mengenal India (utusan) orang-orang arab
sudah memiliki hubungan yang erat dengan dunia timur. Melalui media perdagangan
mereka singgah ke pelbuhan India dengan membawa produk dari Asia Tengah,
Afrika, bahkan dari Eropa. Kemudian mereka menukar dengan komoditi-komoditi
Timur di bandar-bandar tersebut. Melalui perdagangan hubungan Arab India
menjadi harmonis.
Penaklukan Muhammad bin Qasim di India (Sind dan Mutan)
menyebabkan semakin banyak orang-orang Arab yang menetap di sana dan melakukan
perdagangan dengan orang-orang pribumi. Menurut keterangan Varthema dan Barbosa
yang mengunjngi India Timur (Bangladesh) pad awal abad ke XVI M bahwa mereka
banyak menemukan pemukiman para pedagang Arab dan Persia. Hal ini
mengindikasikan adanya hubungan dengan Arab sejak sebelum terjadi penaklukan.
Kedua, peranan Alim Ulama dan Sufi. Sejak pertama kali Islam
masuk, ajaran Islam dibaw oleh para Ulama , Sufi dan pasukan –pasukan Islam
dari Arab, Yaman, Persia, Turki dan Asia Tengah. Pengaruh Islam sangat Besar
terhadap kehidupan masyarakat. Peranan ulama dan sufi dalam menyiarkan agama
Islam di tanah India sangat besar yang ditunjukan dengan banyaknya jumlah
mereka yang datang ke India. Mereka ternasuk golongan pertama yang menyebarkan
agama Islam sebelum Islam masuk ke India secara formal. Ketika pemerintah Islam
berkuasa di India peran mereka tidak berkurang bahkan semakin besar memjukan
agama Islam di negeri itu.
Ketiga, lewat saluran Perkawinan. Para ahli sejarah
menentukan bahwa kaum muslim yang datang ke India, di samping membawa agama
Islam, juga mempunyai kecakapn ilmu pengetahuan pengobat yang mereka miliki.
Dari aktivitas ini banyak penduduk India yang tertarik kepada agama Islam dan
banyak juga yang akhirnya menjalih hubungan perkawinan antara orang islam
denganpenduduk setempat.
Bagian tersesar orang-orang India yang masuk aga ma Islam
berasal dari kalangan umat Budha dan orang-orang Hindu kelas bawah yang bagi
mereka kesederhanaan, persamaan, persaudaraan dalam agama, dan sistem sosial
Islam sangat menarik bagi penyelamat dari penderitaan dan tirani oleh golongan Brahmana.
Meskipun demikian, tidak sedikit juga orang-orang Hindu dari kelas atas
yang masuk Islam terutama melalui perkawianan dengan muslim.
b.
Hasil Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
Dalam
bidang Ilmu pengetahuan, hubungan Islam dengan India terjalin dengan baik dan
menjadi pertukaran budaya antara keduanya, banyak buku India yang diterjemahkan
kedalam bahasa Arab pada abad ke-8. Begitu pula dengan bidang seni dan
bangunan. Bangunan-bangunan yang didirikan oleh para Sultan India antara lain,
Istana Kerajaan, Benteng, Mesjid, 0tugu orang-orang besar, perlindungan bagi
orang-orang miskin. Dalam rancangan bangunannya, merupakan campuran gaya
Syiria, Bizantium, Mesir, dan Iran, sedangkan detailnya Hindu, Jaina atau
Budha. Perpaduan antara gaya Islam dan Hindu tersebut menghasilkan evolusi gaya
yang kadang-kadang disebut Indo-Muslim, Arsitektur Indo-Muslim adalah
arsitektur Muslim yang menampilkan detail sifat-sifat tertentu dari seni
bangunan Hindu. Semakin banyak ahli muslim yang memasuki India, maka pengaruh
Hindu semakin berkurang sedikit demi sedikit.
Bahasa
juga merupakan salah satu aspek yang berubah, pada zaman Dinasti Ghaznawi dan
Ghuri, para sultan berbahasa Turki di Istana, sedangkan di kantor berbahasa
Persi. Para tentara muslim , ketika berbelanja kepasar mengalami kesulitan
berkomunikasi sengan masyarakat yang memakai bahasa parkit dan sansakerta, dan
akhirnya menghasilkan bahasa baru yaitu Urdu sedangkan pengaruh bahasa
sansakerta melahirkan bahasa Bangla.
2.
Perkembangan Kebudayaan Islam di Afrika
a.
Masuknya Islam ke Afrika
Setelah
Amru bin Ash membuka Mesir, pada abad ke XI mulailah gerakan dakwah Islam
dilancarkan dengan giatnya, hingga suku-suku penghuni padang pasir itu banyak
memeluk Islam dan banyak didirikan kerajaan-kerajaan dan pusat-pusat Islam yang
besar yang telah memberi kesan dalam penyebaran Islam. Perkembangan ini berjalan
dengan pesatnya antara abad ke-11 dan ke-17 dengan medan utamanya Afrika
selatan dan selatan Sudan. Dakwah Islam di afrika –terutama di kalangan
bangsa-bangsa kulit hitam, terlebih lagi didaerah yang diairi sungai Senegal
dan niger- dilakukan oleh golongan Barbar dari Afrika Utara.
Penaklukan
Afrika Utara merupakan suatu peristiwa penting bagi kekuasaan Muawiyah. Pada
masa ini, Afrika ditaklukan oleh Uqabah, akan tetapi, orang-orang Islam
mengalami Kemunduran yang hebat di Afrika ketika pada tahun 683 M, orang-orang
Barber dibawah kepemimpinan Koselia bangkit memberontak dan mengalahkan Uqabah,
yang bersama seluruh tentaranya tewas dalam pertempuran, namun setelah
beberapakali peperangan Khalifah Abdul Malik kembali menaklukan Afrika sekali
lagi berada di bawah kekuasaan bani Umayyah.
b.
Proses Islamisasi di Afrika
Berbeda
dengan proses masuknya Islam di Mesir dan Afrika Utara,. pembentukan masyarakat
Islam diAfrika sub-sahara sama dengan yang terjadi di Indonesia. Sementara
masyarakat Islam di timur tengan dan di Anak benua India terbentuk melalui
penaklukan oleh ekspansi militer, maka Islam di Afrika tersebar luas melalui
migrasi pedagang-pedagang Muslim, sejumlah guru dan pengkut sufi.
Pada
dasarnya umat Muslim merupakan kelompok minoritas yang terlindungi di
tengah-tengah masyarakat non-muslim. Biasanya mereka mengislamkan para penguasa
lokal dan membentuk sebuah elit gabungan antara penguasa dengan pedagang
muslim. Di beberapa wilayah lain di sub sahara Afrika,
para pedagang, komunitas patronalis (pengembala) dan pertanian, kelompok
tentara dan para guru, memiliki peranan yang sangat penting dalam memperluas
identitas Islam. Mereka biasanya membangun persekutuan
mulai dari ikatan kekeluargaan maupun jaringan perdagangan. Dari sanalah para
alim ulama dan wali menyelenggarakan pengajaran Islam dan memberikan pengabdian
kepada pemimpin lokal.
c.
Pengaruh Islam dalam Kebudayaan Afrika
Di
beberapa wilayah lain seperti di kawasan volta, biasanya pedagang-pedagang
Muslim berintegrasi kedalam masyarakat umum dengan menikahi perempuan-perempuan
setempat dan membentuk sejumlah keluarga. Anak keturunan dari perkawinan
tersebut biasanya mearisi kepemimpinan kesukuan dan menimbulkan proses
pengislaman warga setempat. Sejumlah perayaan hari besar diselenggarakan dengan
penanggalan muslim tetapi didalamnya tidak mengandung corak keislaman yang
jelas.
Islam
juga telah tersebar melalui migrasi orang-orang Arab yang mendorong warga
setempat menggunakan identitas Islam, dan mengembangkan sebuah kultur arab-afrika
dalam bahasa, arsitektur dan busana. Ibnu Batuta yang berkunjung ke
Moghadisu (wilayah Afrika Timur) sekitar tahun 1332 M, menyaksikan kota-kota
tersebut dalam kemakmuran dan kultur yang tinggi, ia menggambarkan wilayah itu
sebagai komunitas muslim dengan sebuah madrasah dan ulama madzhab Syafi’I dan
menyaksikan pengaruh Arab dalam seremoni kerajaan dan ritual-ritual lainnya.
3.
Perkembangan Kebudayaan Islam di Indonesia
a.
Masuknya Islam di Indonesia
Sampai
saat ini keterangan mengenai bagaimana masuknya Islam di Indonesia masih banyak
diperdebatkan oleh kalangan ahli sejarah, sehingga sampai sekarang belum ada
kata sepakan mengenai kapan sebenarnya Islam pertama kali masuk dan berkembang
di Indonesia. Namun bagaimanapun kebanyakan teori-teori tersebut menghubungkan
kedatangan Islam ke Indonesia dengan perdagangan dan usaha-usaha menjelajah
lautan yang dilakukan oleh orang-orang Islam ke Asia Tenggara dan Asia Timur
Raya.
Teori
kedatangan Islam ke Indonesia dapat diambil kesimpulan menjadi dua bagian.
Pertama, bahwa Agama Islam datang ke Indonesia melalui Persi dan Gujarat, dan
yang kedua, mengatakan bahwa agama Islam itu datang langsung dari jazirah Arab
ke Indonesia. Demikian pula dengan tahun kedatangan
Islam itu, para ahli sejarah mempunyai pandangan yang berbeda-beda. Sebagian
mengatakan Islam datang ke Indonesia pada abad ke-7 dan sebagian lain
berpendapat pada abad ke-13.
b.
Proses Islamisasi di Indonesia.
Dalam
kaitan ini, proses Islamisasi di kawasan Indonesia harus dilihat dari fase-fase
kontak sosial budaya antara para penatang muslim dengan penduduk setempat. Pertama, fase kehadiran para pedagang muslim di
nusantara, kapal-kapal dagang Arab sudah mulai berlayar kewilayah Asia Tenggara
sejak permulaan abad Masehi, hal ini didasarkan dari literature arab yang terdapat
beritatentang perjalanan mereka ke Asia Tenggara. Paul Whealty mengemukankan
bahwa diantara penulis Arab hingga abad ke-14, hanya Abu Dulaf (abad ke-10) dan
Ibnu Battuthah yang benar-benar melakukan perjalanan ke Asia Tenggara sampai ke
negeri Cina, sedangkan penulis lain hanya berlayar hingga India atau sekitar
teluk Persia.
Kedua,
fase terbentuknya kerajaan Islam (13-16 M), kedatangan Islam ke Indonesia sejak
abad ke-8 dan di samudra pasai pada abad ke-13 M muncul sebagai kerajaan yang
bercorak Islam dan berkembang hingga awal abad ke-16 M.
Sejak Kerajaan Samudera Pasai tumbuh dan berkembang, maka perkembangan Islam
melalui fese Kerajaan semakin meluas, dari mulai kerajaan Malaka sampai ke
kerajaan Demak pada masa-masa selanjutnya, Islam mengalami erkembangan yang
sangat pesat.
Ketiga,
fase pelembagaan Islam. Pengaruh penyebaran Islam di kerajaan Pasai meluas ke
Aceh, Pesisir Sumatra, semenanjung Malaka, Demak, Gersik, Banjarmasin dan
Lombok. Ini terbukti dengan ditemukannya bentuk-bentuk makam disemenanjung
Melayu, terutam,a batu nisannya, yang menyerupai nisan-nisan Aceh. Daerh yang
agak terlambat menerima penrkembangan Islam diluar daerah yang telah
disebutkan, ialah Sulawesi, walaupun beberapa tempat seperti Buton dan Selayar
serdasarkan tradisi setempat telah menerima pengaruh Islam dari Ternate.pada
pertengahan abad ke-16. dengan demikian bisa dikatakan bahwa sejak permulaan
abad ke-17, Islam telah dterima di hampir seluruh wilayah Nusantara.
Dalam
perkembangannya di Nusantara, Islam telah diterima dengan jalan damai. Hampir
tidak pernah ada ekspedisi militer untuk Islamisasi. Cara yang ditempuh oleh
para mubaligh Islam ialah dengan cara damai (ukhuwah Islamiyah),
sehingga Islam dapat berkembang dihampir seluruh wilayah nusantara.
c.
Pengaruh Islam Terhadap Kebudayaan di Indonesia
Erat dengan proses islamisasi maka orang-orang muslim dapat
pula membentuk dan mendirikan pesantren-pesantren, madrasah-madrasah. Melalui
kelembagaan di masyarakat tersebut maka Islam dapat pula disebarkan dan dikembangkan
kedaerah lingkungannya dan daerah-daerah diluarnya. Proses perkawinan antara
pedagang muslim dengan anak-anak bangsawan Indonesia, juga dapat mempercepat
pembentukan dan perkembangan Islam dari inti sosial yaitu keluarga hingga
masyarakat lingkungannya. Akibat perkawinan orang-orang Muslim dengan anak-anak
bangsawan atau raja-raja maka proses penyebaran lebih dipercepat pula karena
secara tidak langsung dalam pandangan masyarakat setempat orang muslim tersebut
status sosialnya dipertinggi dengan sifat-sifat charisma bangsawan. Lebih-lebih
pedagang-pedagang besar itusetelah melakukan perkaeinan dengan anak bangsawan
atau raja, kemudian diangkat dalam susunan birokrasi kerajaan, sebagai
syahbandar, kadi atau jabatan-jabatan lainnya.
Proses
penyebaran Islam melalui saluran perdagangan dan perkawinan dengan pribumi ini
jelas menguntungkan kedua belah pihak. Bagi pedagang-pedagang Muslim merasa
lebih produktif usahanya, karena selain mereka mudah dalam mendapatkan izin
perdagangan juga memudahkan untuk lebih menyebarkan ajaran agama Islam kepada
masyarakat. Proses Islamisasi juga terjadi melalui pendekatan sosial budaya.
Unsur-unsur budaya setempat seperti bahasa, tulisan, arsitektur, kesenian juga
diselaraskan dengan apa yang dimiliki oleh Islam. Adat makeuta alam adalah
hasil dari pengejawantahan antara adat Aceh dan Islam.
4. Perkembangan Kebudayaan Islam di Balkan
a.
Masuknya Islam ke daerah Balkan
Sejak abad ke-9 umat Islam telah mendatangi semenanjung
Balkan, Eropa Timur. Tetapi laut menjadi penghalang utama. Keinginan ini baru
terwujud secara formal pada abad ke-15 Ketika itu dinasti Usmani dipimpin oleh
Murad II, namun ambisinya untuk menaklukan semenanjung Balkan terhalang oleh
pasukan dari Hunggaria dan Hunayind. Namun di bawah pimpinan Muhammad II Seorang
sultan yang melakukan banyak penaklukan untuk masuk ke Eropa timur, dengan
sejumlah kapal perang dinasti Usmani, ia berhasil menerobos pintu gerbang
negara itu.
Sultan Muhammad al-Fatih terlebih dahulu menaklukan
konstatinopel (Istambul), kemudian tahun 1458–1460 M, ia berhasil menaklukan
Athena dan daerah sekitarnya, lalu disusul dengan penaklukan Serbia tahun 1459
M dan Bosnia tahun 1463 M. Para pemimpin dan rakyat Bosnia yang sebelumnya
mendapatkan tekanan dari kelompok etnik serbia yang menganut kristen ortodok
dan orang kroasia yang katolik kemudian memeluk agama Islam, bahkan selanjutnya
memimpin perjuangan di perbatasan sebelah utara yang menjadi benteng pertahanan
umat Islam di garis perbatasan. Dengan takluknya daerah Eropa Timur ini, Islam
pun tersebar di kalangan penduduk, bahkan sampai tahun 1994 M, di kawasan ini
khususnya Bosnia Herzegovina, Islam merupakan agama yang dianut oleh mayoritas
penduduknya.
Posisi
geografis Balkan merupakan salah satu faktor utama dan yang membuka peluang
pengenalan rakyat Balkan kepada agama Islam. Keberadaan kawasan Balkan diantara
negara-negara Islam dan Romawi Kristen merupakan peluang pertama pengenalan
rakyat di kawasan ini dengan umat Islam lewat perdagangan. Perdagangan kaum Iliri
penduduk Balkan dengan umat Islam Arab, Persia dan Turki merupakan kesempatan
kehadiran para pedagang muslim di kota-kota pelabuhan laut Adriatik bahkan ke
kawasan yang lebih jauh dari pantai laut ini.
Kepingan uang emas dan perak Arab yang telah ditemukan oleh
para arkeolog dan kisah perjalanan yang telah ditulis pada era ini membuktikan
hal tersebut. Pada masa lalu transaksi jual beli merupakan tujuan pertama para
pedagang. Para pedagang muslim telah ikut membawa budaya dan pandangan baru
bersama mereka. Hal ini terjadi ketika sejumlah muslimin menempati kota-kota
pelabuhan di kawasan Balkan dan dengan berlalunya zaman, jumlah mereka semakin
bertambah dan meninggalkan pengaruh pada masyarakat setempat.
Kondisi politik dan agama yang
dimiliki oleh rakyat Balkan, ikut memainkan peran dalam menarik mereka kepada
agama Islam. Bangsa yang paling lama sekali tinggal di Balkan ialah kaum Iliri.
Pada abad keenam dan ke-7 M, orang-orang Slowakia telah datang ke kawasan
tersebut. Kedatangan orang-orang Slowakia ke Balkan dan upaya mereka untuk
menegakkan agama Kristen telah menyebabkan timbulnya banyak pemberontakan dan
peperangan. Sebagian besar dari bentrokan ini, lebih banyak diwarnai oleh
sentimen keagamaan daripada sentiman etnis dan sebagai dampak dari pemaksaan
agama Kristen. Selain itu kondisi ekonomi yang buruk, tekanan agama dan perang
yang tidak berkesudahan juga telah menjadi lahan penerimaan agama yang memiliki
ajaran keadilan, persamaan, anti kezaliman dan yang berdasarkan keyakinan
kepada keesaan Tuhan, yang tidak terdapat pada agama-agama lain.
b.
Pengaruh Islam di Balkan
Sejarah Islam memasuki Balkan, banyak sekali mengalami
distorsi, sehingga tergambarkan seolah-olah penduduk kawasan ini menerima Islam
karena paksaan dan di bawah ancaman pedang para penguasa Utsmani. Di sebagian
buku sejarah Eropa, kehadiran Islam di Balkan dikatakan sebagai hasil dari
persaingan agama dan politik berbagai etnis yang tinggal di kawasan ini.
Analisa tentang sejarah masuknya Islam ke daratan Eropa seperti ini, sebenarnya
merupakan pengabaian peran nilai-nilai Islam yang mulia dan karya peradabannya
yang sangat berharga dalam menarik bangsa Eropa Timur ini ke dalam agama Islam.
Sampai sekarang masih banyak peninggalan Islam yang terpelihara di wilayah ini.
Antara lain dua mesjid dengan arsitektur Turki yang sangat indah yaitu Mesjid
Raya Husri Bek dengan menara yang menjulang ke angkasa dan Mesjid Begova.
Terdapat juga sebuah perpustakaan Islam dengan kekayaan
Khazanah keislaman yang dimilikinya. Perpustakaan ini pernah menjadi
perpustakaan terbesar ketiga di Eropa. Disana tersimpan tidak kurang dari 15
ribu manuskrip karya keislaman yang tertulis dengan bahasa Arab, Persia dan
Turki -Ihya Ulumuddin karya al-Ghazali dan manuskrip karya penyair
Persia Nuruddin Abdur Rahman- tersimpan dengan baik di perpustakaan ini. Selain
itu terdapat pula sebuah perguruan Tinggi Islam yang bernama Perguruan Ghazi
Bek yang didirikan tahun 1537 M, dan merupakan salah satu perguruan tertua
di Balkan dengan jumlah mahasiswa yang cukup banyak.
C. Perbandingan
Akulturasi
Dari
uraian mengenai beberapa perkembangan kebudayaan Islam di beberapa daerah
seperti yang di kemukakan diatas, dengan menggambarkan bagaimana jalur masuknya
Islam, proses Islamisasi dan pengaruhnya terhadap kebudayaan lokal, maka
kiranya dapat kita komparasikan sebagai berikut:
Aspek Akulturasi
|
Akulturasi
Kebudayaan Lokal dengan Islam
|
|||
India
|
Afrika
|
Indonesia
|
Balkan
|
|
Masuknya Islam ke kawasan tsb.
|
50% dengan jalan damai dan 50% dengan Ekspansi
|
50% dengan jalan damai dan 50% dengan Ekspansi
|
100 % dengan jalan Damai
|
100% dengan Ekspansi militer
|
Saluran Islamisasi
|
Formal :
1. Penaklukan,
2. Penetration- Pacifique
Informal :
1. Perdagangan,
2. Mubaligh/Sufi
3. Perkawinan
|
1. Penaklukan
(Mesir dan Afrika Utara)
2. Perkawinan
3. Tasawuf
4. Perdagangan
(Afrika Sub Sahara)
5. Migrasi
|
1. Perdagangan
2. Perkawinan
3. Tasawuf
4. Pendidikan
5. Kesenian
6. Politik
|
1. Penaklukan
2. Tasawuf
|
Pengaruh Islam terhadap Budaya, Ilmu Pengetahuan,
Kelembagaan, dan Seni Arsitektur
|
1. Mesjid Agra.
2. Bahasa Urdu,Bangla dll.
3. Istana Kerajaan,
4. Benteng Pertahanan, dll
|
1. Tarekat-tarekat
2. Ritual dengan penanggalan Islam
3. Arsitektur Bangunan : Mesjid
Qynawan
4. Bahasa, dll.
|
5. Bentuk Bangunan Mesjid,Mesjid
Demak, dll
6. Pesantren
7. Tembang Para Wali
8. Wayang,dll.
|
1. Perguruan Tinggi Ghazi Bek,
2. Perpustakaan,
3. Mesjid Husri Bek,
4. Mesjid Begove
|
Perkembangan Islam di beberapa wilayah diatas menunjukan
bahwa Islam pada dasarnya masuk dan berkembang dengan cara damai. Fakta sejarah
mrncatat bahwa ajaran Islam sebagai ajaran selalu disebarkan dengan cara damai melalui jalan dakwah. Tetapi sebagai kekuatan politik
Islam tersebar baik dengan jalan damai maupun dengan jalam peperangan. Walaupun
Islam dapat menaklukan dan menguasai suatu daerah dengan jalan damai atau
peperangan, penguasa Islam tidak memaksakan ajaran-ajaran Islam pada
penduduknya. Hal ini sesuai dengan prinsip dasar ajaran Islam yang tidak
membenarkan adanya paksaan dalam agama. Berdasarkan hal tersebut, di dalam
Islam dikenal istilah ahl al-dzimmah (kaum dzimmi), yaitu penduduk non
muslim yan berdiam di wilayah Islam. Mereka di jamin hak-haknya dan
diperlakukan sama dengan penduduk yang beragama Islam.
Banyaknya pengaruh Islam terhadap budaya, ilmu pengetahuan,
kelembagaan, dan seni arsitektur membuktikan bahwa Islam mampu untuk
berakulturasi secara sempurna dan akomodatif terhadap budaya lokal. Islam lewat
ajarannya memunculkan spirit pembebasan atas keterkungkungan masyarakat feudal
yang telah ada sebelumnya. Islam tidak lagi memandang perbedaan kasta, suku,
dan warna kulit. Dengan prinsip-prinsip inilah Islam lambat laun dapat diterima
dengan lapang dada oleh masyarakat lokal di mana Islam itu hadir.
D.
Penutup
Islam merupakan agama bangsa-bangsa yang tersebar di
pertengahan bumi yang terbentang dari tepi laut Afrika sampai tepi laut Pasifik
Selatan, dari padang rumput Siberia hingga ke Pelosok kepulauam Asia Tenggara
yang terdiri dari; bangsa Berber, Afrika, Sudan, arab, Timur Tengah, Turki,
Iran, Asia Tengah, Afghanistan, Pakistan, India, Cina, Indonesia, bahkan hingga
dataran Eropa yang secara keseluruhan jumlah mereka mencapai satu setengah
milyar lebih. Dari sisi etnis, bahasa, budaya, sistem politik, adat, organisasi
lokal serta pola kebudayaan dan tekhnologi, mereka menampilkan keberagaman
kemanusiaan, namun Islam menyatukan mereka.
Nilai universalitas Islam, mampu bersanding secara
akulturatif, sehingga mampu dijadikan spirit untuk menggapai kesejahteraan.
Meskipun seringkali tidak menjadi totalitas kehidupan mereka, namun Islam
terserap dalam konsep, aturan keseharian, memberikan tata ikatan
kemasyarakatan, memenuhi hasrat mereka meraih kebahagiaan hidup. Karena
keberagaman tersebut, Islam berkembang menjadi keluarga terbesar ummat manusia.
Daftar Pustaka
Amin Abdullah, Penerjemahan Karya Klasik, dalam Ensiklopedi
Tematis Dunia Islam, Pemikiran dan peradaban, Jakarta : PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve, 2005
Fachruddin, M. Fuad, Perkembangan Kebudayaan Islam,
Jakarta : Penerbit Bulan Bintang, 1985.
Hasjmy, A, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta : Penerbit
bulan Bintang, 1995.
_________ , Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di
Indonesia : Kumpulan Prasaran Pada seminar di Aceh, Medan : Penerbit
al-Ma’arif, 1993
Karim, M. Abdul, Sejarah Islam di India, Yogyakarta :
Penerbit Bunga Grafis, 2003
_________ , Islam Nusantara, Yogyakarta : Pustaka
Book publisher, 2007.
Lapidus, Ira M, Sejarah Sosial Ummat Islam, bagian
Kesatu dan dua, Jakarta : Penerbit Grafindo Persada, 1999
_________ , Sejarah Sosial Ummat Islam, bagian
Ketiga, Jakarta : Penerbit Grafindo Persada, 1999
Mahmuddunnasir, Syed, Islam Konsepsi dan Sejarahnya,
Bandung : Penerbit Rosda Karya, 1991.
Mansur, Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah,
Yogyakarta : global Pustaka Utama, 2004
Sadjali, Munawwir, Islam dan Tata Negara : Ajaran,
Sejarah derta Pemikiran, Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia
Press, (edisi kelima), 1993
_________ , Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada, 1993
Amin Abdullah, Penerjemahan Karya Klasik, dalam Ensiklopedi
Tematis Dunia Islam, Pemikiran dan peradaban, (Jakarta : PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve,2005),hal.15
Ahmad Syafii Maarif, “Sublimitas Islam di Indonesia”,dalam
pengantar buku Islam Nusantara karya M. Abdul Karim, (Yogyakarta Pustaka
Book Publisher, 2007), hal. 5-6
Penetration pacifique
merupakan istilah untuk ekspansi yang dilakukan oleh Islam, dengan strategi
penetrasi dan penaklukan wilayah-wilayah yang ada di sekitar lautan pasifique.
Jalur
Informal yang dimaksudkan adalah …menurut M. Abd. Karim, keterangan mengenai
jalur formal hanya sedikit yang dapat diketahui. Ibid., hal. 6
Edwin
Arnold, India Revisited (Trubnerald.co, 1886) hal.41-53. lihat juga
dalam M Abdul Karim, Sejarah Islam di India, (Yogyakarta : Penerbit
Bunga Grafis, 2003),hal. 41
Wilayah Afrika yang di sebut diatas adalah Mesir dan
sebagian besar Afrika Utara, mencakup libiya, serta wilayah-wilayah yang
terbentang dari Aljazair hingga Maroko, yang dikenal orang-orang Arab sebagai
“al-Maghribi” lihat dalam Syed Mahmudunnasir, Islam , konsepsi dan sejarahnya
(Bandung : Penerbit Rosda Karya, 1991), hal. 313-314.
Lapidus, Ira M, Sejarah Sosial Ummat Islam, bagian
Kesatu dan dua, (Jakarta : Penerbit Grafindo Persada, 1999) hal. 750
Tokoh-tokoh yang mengatakan bahwa Islam datang ke Indonesia
melalui Parsi dan Gujarat , antara lain : C. Snouck Hurgronje, H.J. Vsn den
Berg, Husein Djajadiningrat, H. Kraemer, dan lain-lain. Sedangkan Groveneveld,
Hamka, T.W. Arnold dan lain-lain mengatakan bahwa Islam datang ke Indonesia
langsung dari Jajirah Arab. Lihat makalah Drs. M. Dien Majid, Islam di Aceh
Tengah dan Kaitannya dengan Perlak dan Pasai, dalam A. Hasymy (ed), Sejarah
Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia : Kumpulan Prasaran Pada seminar di
Aceh, (Medan : Penerbit al-Ma’arif, 1993)hal.471-472
Hasan
Muarif Ambary, Menemukan Peradaban : Jejak Arkeologis dan Historis Islam
Indonesia, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1998) hal.55-61
Nina Armando (Ed) Sejarah Masuknya Islam dalam
Ensiklopedi Islam Modern Jilid II (Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
2005), hal. 32.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar